Incenerator
INCENERATOR
Hati – hati dengan Bahaya Limbah Medis Padat
Limbah medis menjadi salah satu masalah yang telah terjadi sejak lama hingga saat ini. Di Indonesia pengelolaan limbah medis belum maksimal. Beberapa fasilitas pelayanan kesehatan mengelola sampah medis yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
Apa yang dimaksud dengan Limbah Medis Padat ?
Limbah medis itu sendiri adalah semua macam limbah, termasuk bahan infeksius. (atau yang dapat menyebabkan penularan). Hal tersebut banyak berasal dari lingkungan medis seperti rumah sakit, klinik dokter, klinik hewan, klinik gigi, laboratorium, dan fasilitas penelitian medis.
Lantas bagaimana cara mengelola Limbah Medis Padat yang tepat dan sesuai standar ?
Salah satu cara untuk mengolah limbah medis adalah dengan incenerator. Incenerator adalah alat yang berfungsi membakar limbah yang berbentuk padat dan dapat dioperasikan menggunakan teknologi pembakaran dalam suhu tertentu. Teknologi ini adalah cara lain untuk mengurangi tumpukan limbah yang melibatkan pembakaran menggunakan suhu bertekanan tinggi minimal 10000 C, tenaga panas yang didapatkan tersebut berguna untuk pembangkit tenaga listrik.
Aspek penting dari incenerator adalah kandungan energi (nilai kalor) dari limbah yang diolah. Factor ini tidak hanya menentukan efisiensi yang di perlukan untuk proses pembakaran, tetapi juga jumlah energi yang di ekstraksi saat proses pemabakaran selesai. Incenerator memiliki 2 ruang bakar, bagian pertama atau ruang utama berfungsi sebagai tempat untuk membakar sampah. Jumlah udara dalam proses pembakaran terkendali lebih sedikit dari yang seharusnya sehingga zat organic seperti metana dan karbon monoksida dapat terurai.
Bagian penting dari incenerator adalah muatan energi (nilai pemanasan) dari limbah yang dikelola. Factor ini tidak hanya menentukan efisiensi yang dibutuhkan proses pembakaran, tetapi juga jumlah energi yang di ekstraksi saat proses pembakaran selesai.
Insinerator memiliki dua ruang pembakaran: ruang utama (primary chamber) dan ruang sekunder (secondary chamber). Ruang pertama atau ruang utama befungsi sebagai tempat untuk membakar sampah. Jumlah udara dalam pembakaran terkendali lebih sedikit dari yang seharusnya, sehingga pada pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa, maka zat organic seperti, metana dan karbon monoksida dapat terurai. Pada ruang primer, suhu dalam diatur pada rentang 600o C – 800o C. Pada ruang kedua atau ruang sekunder, dari hasil gas pembakaran dan pirolisa harus tetap di bakar agar lingkungan tidak tercemar. Pemabakarn gas – gas tersebut dapat terjadi dengan baik jika oksigen (udara) tercampur sempurna dengan gas yangdihasilkan selama pirolisa dan didukung oleh waktu yang cukup saat pembakaran berlangsung. Suhu pada ruang sekunder dalam temperatur tinggi yaitu sekitar 800o C – 1000o C.
Jenis – jenis Incenerator
Secara umum jenis incinerator yang sesuai untuk membakar limbah padat medis yaitu :
1. Incinerator Rotary Kiln
Jenis ini sangat tepat untuk membakar limbah lumpur (Sludge ex WWT), dari limbah yang memiliki kadar air yang relative tinggi dan jumlah yang cukup besar. System pembakaran ini bergerak memutari ruang primer (Primary Chamber) dengan tujuan membakar sampah secara merata.
2. Multiple Hearth Incinerator
Pada jenis ini suplai sampah diisi pada bagian atas tungku terus-menerus dan abu dari proses pembakaran dikeluarkan melewati silo. Pembakar dipasang di dinding samping kompor tempat pembakaran berlangsung. Udara disuplai dari bawah dan limbah disuplai dari atas.
3. Fluidized Bed Incenerator
Fluized bed incenerator merupakan sebuah kompor pembakar dengan memakai alat pengaduk seperti pasir kuarsa (pasir silika), sampai bias terjadi penggabungan (homogen) dari udara dengan butiran – butiran pasir yang ada. Penggabungan yang konsisten dari partikel – partikel bergerak seiring laju perpindahan panas yang dapat mendorong terjadinya pembakaran secara sempurna. Fluized bed incenerator bertujuan memebentuk tegak lurus, silindris, dengan konteks baja yang ditutupi dengan bahan kebal terhadap api, menyimpan paparan pasir (sand bed) dan sebagai distribusi pada fluidasi udara. Ukuran normal fluized bed incenerator yang tersedia biasanya berdiameter dari 9 sampai 34 ft. Pembakaran menggunakan fluized bed ini adalah salah satu cara alternative pembakaran limbah padat.
Cara Kerja Incenerator
Limbah medis padat ditempatkan di dalam Primary Chamber melalui Charging Door dan dipanaskan dengan pembakar pertama. Suhu di Primary Chamber lebih tinggi dari titik Bakar Limbah medis padat dan adanya oksigen untuk melakukan pembakaran yang disuplai oleh FDF blower menyebabkan limbah medis padat terbakar, terurai menjadi gas dan abu serta padatan yang tidak terbakar.Abu yang berasal dari ruang bakar kemudian dibuang secara berkala setelah Primary Chamber telah dingin. Jika suhu Primary Chamber cukup tinggi (tergantung setting), limbah medis padat sudah terbakar, pembakar pertama mati otomatis untuk menghemat bahan bakar tambahan.Gas dari pembakaran sampah di Primary Chambe disalurkan ke Secondary Chamber dan selanjutnya akan dibakar dengan bantuan pembakar kedua. Hasil pembakaran di Secondary Chamber adalah gas-gas yang sudah terbaka rsempurna (terutama CO2 dan H2O).
Pada saat melakukan pembakaran dengan incinerator, suhu Primary Chamber harus dijaga antara 600 °C - 950 °C (suhu pirolisis). Jika suhu tinggi tersebut dipertahankan, maka dapat menghemat penggunaan bahan bakar, suhu pada Secondary Chamber bisa ditingkatkan, serta penggunaan incinerator dapat bertahan lebih lama.
Kelebihan dan Kekurangan Incenerator
Berikut kelebihan yang dapat dirasakan saat memakai Incinerator, yaitu:
Lahan diperlukan menjadi lokasi berdirinya infrastruktur insinerasi. Tetapi, lahan yang diperlukan tidak terlalu besar dibandingkan ketika mengelola limbah menggunakan teknik sanitary landfill.
Pada saat limbah dikelola memakai teknik pembakaran dengan menggunakan insinerator, terjadi pengurangan volume dan berat sebagai hasilnya. Dalam proses pengelolaan sampah, kita tidak hanya dapat mengurangi jumlah sampah, tetapi juga mengisinya hingga 95% dan mengurangi beratnya hingga 80%.
Pada saat pembakaran insinerator berlangsung, panas yang ditimbulkan dari insenerator tersebut , bisa dipakai menjadi aliran energi listrik.
Pemakain insinerator sangat tepat untuk mengolah limbah dalam jumlah besar dalam waktu yang tidak lama.Apabila terdapat bangunan industri yang memiliki volume pembuatan sampah harian yang cukup tinggi.Namun industri tersebut tidak mempunyai tanah yang cukup besar untuk menimbun sampah yang dihasilkan
Meskipun banyak kelebihannya, ada juga kekurangan menggunakan insinerator, antara lain:
1. Biaya yang cukup tinggi
Biaya yang harus dibayar untuk membeli insinerator cukup tinggi, mulai dari harga puluhan juta hingga belasan juta rupiah tergantung daya tampung, perincian dan fitur kelengkapan fungsinya .Karena harga alat incenerator yang cukup mahal, jadi beberapa industri belum mampu untuk membelinya.
2. Biaya perawatan alat yang cukup tinggi
Bukan hanya mengeluarkan biaya pembelian alat yang banyak, tetapi juga harus mengeluarkan biaya perawatan insinerator yang terbilang cukup tinggi. untuk biaya perawatan dihitung dari proses pengelolaan satu ton sampah dan biaya tersebut bisa dicapai dengan biaya Rp 400.000 per ton sampah.
3. Tidak semua jenis limbah padat bisa diolah
Tidak semua jenis limbah padat bisa dibakar di insinerator. Pada umumnya limbah padat harus dipilah terlebih dahulu sebelum memulai proses pembakaran. Limbah yang dapat menyebabkan ledakan harus disingkirkan. Selain itu, bahan yang berpotensi menghasilkan asap yang mengandung racun yang berbahaya juga harus disingkirkan.
4. Dapat mengeluarkan polusi
pada pembakaran insenerator tersebut masih sangat memungkinkan terjadinya polusi dari asap yang keluar dari proses pembakaran tersebut. Polusi tersebut dapat berupa partikel halus seperti debu, karbon monoksida, dan asam hidroklorat. Hal ini bisa mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan juga berdampak bagi kesehatan manusia dan hewan jika terhirup.
Post a Comment for "Incenerator "