Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Higiene dan Sanitasi Makanan di Rumah Sakit

 


(Foto : pixabay/mspark)

Higiene dan Sanitasi Makanan di Rumah Sakit

Menjaga kebersihan dan sanitasi makanan di rumah sakit merupakan suatu hal yang krusial, karena makanan dapat menjadi sumber penularan infeksi yang dapat memicu wabah penyakit bawaan makanan pada populasi yang rentan, seperti pasien yang sedang sakit. Perawat dan tenaga kesehatan yang menangani makanan harus berhati-hati untuk tidak menularkan infeksi melalui kontak langsung, udara, atau makanan yang diberikan kepada pasien, demi menjaga kesehatan dan keselamatan mereka. Demikian disampaikan oleh World Health Organization (WHO).

Baru-baru ini, sebuah hasil penelitian terkait pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan di rumah sakit jiwa di Indonesia telah dipublikasikan oleh Journal of Preventive Medicine and Hygiene pada tahun 2020. Menurut pandangan saya, publikasi ini sangat menarik untuk diketahui oleh para pelaku sanitasi rumah sakit,terutama penjamah makanan yang terlibat dalam proses penyajian makanan.

Selain itu, hasil penelitian tersebut dapat menjadi bahan introspeksi bagi mereka yang bergerak dalam industri jasa boga, meskipun penelitiannya dilakukan di rumah sakit. Pada dasarnya, praktik kegiatan penjamah makanan adalah sama, yang membedakan hanya lokasi kegiatannya, seperti di panti jompo, lembaga pemasyarakatan, asrama, dan tempat lainnya.

Dalam publikasi hasil penelitian di Journal of Preventive Medicine and Hygiene (2020), disebutkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap higiene dan sanitasi pada umumnya (> 80%) baik pada penjamah makanan, meskipun lebih dari sepertiga (38%) termasuk dalam kategori praktik yang kurang baik. Hasil penelitian ini juga tidak menemukan adanya korelasi antara pengetahuan, sikap, dan praktik, terlepas dari kombinasi dua faktor tersebut (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan saja tidak cukup untuk memastikan praktik higiene dan sanitasi yang baik di antara penjamah makanan.

Sebanyak 73% penjamah makanan tidak pernah menerima pelatihan formal mengenai higiene dan sanitasi, dan karakteristik individu ini secara signifikan berkorelasi dengan praktik mereka (p<0,05). Kemungkinan penyebab praktik higiene dan sanitasi yang buruk termasuk faktor yang berhubungan dengan orang dan manajemen sumber daya manusia, terutama kapasitas manajer dalam memberlakukan peraturan dan memantau kepatuhan staf terhadap SOP yang telah ditetapkan (Palupi, Fitasari, & Utami, 2020).

Ada dua hal yang dapat dijadikan bahan masukan bagi mereka yang menangani pelayanan higiene sanitasi makanan, terutama terkait penjamah makanan, yang dapat dipetik dari hasil temuan tersebut, yaitu:

Dua hal yang dapat diambil sebagai bahan masukan bagi mereka yang menangani pelayanan higiene sanitasi makanan, terutama terkait penjamah makanan, adalah sebagai berikut:

1. Meskipun para penjamah makanan memiliki tingkat pengetahuan dan sikap higiene & sanitasi makanan yang baik, hal tersebut tidak menjamin praktik penjamah makanan juga baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan yang ketat pada setiap tahapan proses higiene sanitasi makanan.

2. Para penjamah makanan yang telah mengikuti pelatihan formal terkait dengan higiene dan sanitasi makanan saja masih melakukan praktik higiene dan sanitasi makanan yang buruk. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kualitas para penjamah makanan yang tidak pernah mendapatkan pelatihan sebelumnya.

Menurut saya, dari dua kondisi tersebut, terdapat fokus yang harus ditingkatkan oleh para penanggung jawab yang menangani praktik higiene dan sanitasi makanan di rumah sakit. Peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik higiene dan sanitasi makanan melalui pelatihan formal bagi para penjamah makanan adalah hal yang wajib dilakukan secara periodik.

Setelah para penjamah makanan mendapatkan pelatihan secara berkala, langkah selanjutnya adalah menerapkan aturan kerja (SOP) dengan pengawasan yang ketat dari manajemen sumber daya manusia di departemen tersebut. Hal ini dapat membantu para penjamah makanan terbiasa melaksanakan tugas mereka dengan baik dan sungguh-sungguh karena adanya pengawasan dari atasan.

Higiene dan Sanitasi Makanan

Higiene dan sanitasi makanan di rumah sakit merupakan hal yang sangat krusial dalam menjaga kualitas makanan yang dihasilkan. Oleh karena itu, pelayanan makanan di rumah sakit harus menjadi perhatian khusus karena makanan dapat menjadi sumber penularan infeksi dan dapat menyebabkan wabah penyakit bawaan makanan pada populasi yang rentan. Selain itu, tenaga kesehatan juga dapat menularkan infeksi melalui berbagai cara seperti kontak langsung, udara, atau melalui makanan yang diberikan kepada pasien (World Health Organization,2020).

Ditegaskan bahwa higiene dan sanitasi merupakan aspek yang harus dijaga dalam semua kegiatan di rumah sakit untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, dan pengunjung dari risiko infeksi. Oleh karena itu, higiene dan sanitasi makanan yang dilakukan oleh penjamah makanan menjadi bagian tak terpisahkan dari praktik manajemen sanitasi rumah sakit secara keseluruhan. Hal ini diungkapkan oleh Collins, Drake, dan Deacon (2013).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 menetapkan bahwa fasilitas katering makanan harus memenuhi standar peraturan higiene dan sanitasi yang berlaku untuk setiap jenis tempat usaha guna mencegah dampak kesehatan yang merugikan. Terkait kesehatan makanan di rumah sakit, masalah ini sangat serius karena dapat menyebabkan dampak kesehatan yang merugikan bagi pasien, petugas kesehatan, dan pengunjung. Hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar wabah penyakit bawaan makanan disebabkan oleh praktik penanganan makanan yang tidak tepat dan terkait langsung dengan penjamah makanan. Oleh karena itu, praktik higiene dan sanitasi makanan di rumah sakit harus dijaga dengan ketat untuk mencegah penularan infeksi dan wabah penyakit bawaan makanan.

Praktik penanganan makanan yang tidak tepat dapat menyebabkan wabah penyakit bawaan makanan yang serius, terutama di lingkungan rumah sakit yang melayani pasien. Studi telah menunjukkan bahwa sebagian besar kasus wabah penyakit bawaan makanan disebabkan oleh praktik penanganan makanan yang tidak tepat (Lues dan Van Tonder, 2007); (Clayton et al., 2002). Dalam beberapa penelitian, diketahui bahwa masalah kesehatan makanan yang disebabkan oleh praktik penanganan makanan yang tidak tepat, terkait langsung dengan para penjamah makanan (Beatty et al., 2009); (Barrabeig et al., 2010).

Lima Faktor Penanganan Makanan

WHO telah mengidentifikasi lima faktor penanganan makanan yang berkaitan dengan wabah penyakit bawaan makanan, yaitu memasak yang tidak tepat, penanganan suhu makanan yang salah selama penyimpanan, kontaminasi silang, sanitasi dan kebersihan yang buruk, serta penggunaan air dan bahan baku yang tidak aman. Sebagian besar faktor tersebut terkait dengan aktivitas kerja para penjamah makanan. Oleh karena itu, penting bagi para penjamah makanan untuk memiliki pengetahuan dan pelatihan yang cukup agar dapat mempraktikkan cara penanganan makanan yang benar sebagai bagian dari pekerjaan mereka (Martins, Hogg, & Otero, 2012).

Oleh karena itu, peran penjamah makanan sangat penting dalam menjaga keamanan makanan, karena praktik penanganan makanan yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan. Selama proses persiapan, produksi, dan distribusi makanan, penjamah makanan dapat mengenalkan patogen ke dalam makanan (Green et al.,2005).

Sebuah studi telah dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan higiene bagi penjamah makanan di rumah sakit pendidikan. Studi ini menekankan pentingnya pelatihan higiene makanan yang berkala untuk mempertahankan pengetahuan yang tinggi dan mencegah hilangnya informasi serta meningkatkan pengetahuan para penjamah makanan (Acikel et al., 2008). Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan skor inspeksi higiene dipengaruhi oleh faktor-faktor yang beragam, terutama budaya manajemen (Kirby dan Gardiner, 1997), yang juga tidak kalah penting untuk diperhatikan.

Pada akhirnya, penciptaan budaya manajemen yang nyaman dan efektif sangat penting untuk memastikan praktik-praktik penjamah makanan dalam menerapkan higiene dan sanitasi makanan mencapai kualitas yang optimal. Semoga informasi ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kualitas layanan higiene dan sanitasi makanan di rumah sakit. Bagaimana pendapat Anda?

Post a Comment for "Higiene dan Sanitasi Makanan di Rumah Sakit"